Kamis, 16 Oktober 2014

Pantai Liang
Kunjungan pertama adalah Pantai Liang, Pantai ini terletak di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Dari Kota Ambon, Pantai Liang berjarak sekitar 40 kilometer. Jarak itu bisa ditempuh dalam 30-an menit karena jalannya cukup mulus meski agak sempit. Sebelum sampai di Liang, kita disajikan pemandangan hijau di kiri kanan jalan.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali saya melihat pantai-pantai kecil. Wajar saja, Ambon memang dikelilingi lautan. Matahari yang cukup terik tidak membuat saya kehilangan semangat. Mata saya tetap melihat pemandangan sekeliling yang masih banyak di dominasi warna hijau pepohonan. Semakin jauh dari Ambon, semakin sepi perjalanan menuju ke Desa Liang. Jalan pun terlihat lengang.
Ketika saya menjejakkan kaki di Pantai Liang. Segera saja mata saya disambut hamparan pasir pantai yang putih dan jernihnya air laut yang berwarna hijau. Saya berkali-kali berdecak kagum melihat pantai yang pernah mengalahkan ranking keindahan Taman Laut Bunaken menurut versi penelitian UNDP-PBB tahun 1990 dan dinobatkan sebagai pantai terindah di Indonesia.
Sebuah jembatan panjang menjorok ke laut menjadi spot yang mengasyikan untuk berfoto. Matahari lumayan terik. Angin sepoi-sepoi membuat saya memejamkan mata untuk merasakan sensasinya. Benak saya merekam lekat-lekat pemandangan yang begitu indah.
Ada rasa heran, mengapa pantai yang menakjubkan ini tidak terlalu kedengaran di telinga para traveler layaknya Pantai Natsepa, pantai indah yang terletak di Maluku Tengah.

Saya kembali menyusuri bibir pantai yang hanya berjarak sedikit dari air laut. Berkali-kali pecahan ombak menyentuh bibir pantai dan mengenai mata kaki saya. Pepohonan rindang di sekitar pantai sedikit menghalau teriknya matahari. Dari jembatan tempat saya berdiri, saya bisa melihat Pulau Seram, salah pulau terbesar di Kepulauan Maluku dan Pulau Pombo atau disebut Pulau Burung, salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi.

Di Pantai Liang juga terdapat tempat penyewaan perahu bermotor. Sayang, saya tidak dapat menemukan tempat penyewaan karena hari itu hari biasa dan pantai terlihat lebih sepi. Menurut pemandu wisata kami, Pantai Hunimua cukup ramai di akhir pekan. Bagi pengunjung yang hendak menikmati keindahan Pulau Pombo, dapat menggunakan akses kapal ferry/speed boat dengan biaya Rp250-350 ribu/perahu untuk sekali trip. Biaya ini bisa dishare dengan penumpang lain.
Pantai Natsepa
Salah satu pantai indah yang saya singgahi berikutnya adalah Pantai Natsepa yang terletak di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Pantai ini sangat terkenal lantaran pasir putihnya yang selalu menggoda pengunjung untuk bermain dan bertahan lebih lama hanya untuk bersantai di atas hamparannya.
Orang Ambon bilang, belum ke Ambon jika belum berenang di Natsepa. Artinya, jika Anda berkunjung ke Ambon, jangan sampai tidak menginjakkan kaki dan berendam di Pantai Natsepa. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Kota Ambon karena jaraknya hanya sekitar 18 km dari pusat kota menuju pantai Natsepa.
Tiba di Pantai Natsepa di siang hari, Anda pasti tak akan tahan untuk langsung terjun ke pantainya yang bening dan berombak kecil, atau yang kerap disebut air meti atau air turun.
Di sore hari, ketika air mulai makin naik atau air pasang, pengunjung lebih banyak sibuk memilih naik perahu menyusuri sepanjang pantai sambil melihat para pekerja mengangkut tripleks menuju pabrik tripleks Batu Gong, yang letaknya persis di seberang Pantai Natsepa.
Perahu nelayan cukup banyak menghiasi bibir pantai dan biaya sewanya pun tak mahal. Anda cukup menyiapkan Rp20.000,- dan Anda sudah bisa menyusuri beningnya Pantai Natsepa selama 1 jam.
Menjelang sore hari, jika sudah lelah berenang atau menyusuri pantai, Anda bisa bersantai di sejumlah warung tenda kecil yang berjajar di pinggiran Pantai Natsepa. Anda bisa bersantai sambil menikmati rujak khas pantai Natsepa yang cukup terkenal, rujak buah buahan yang dipadu dengan bumbu gula merah dan kacang tanah menjadi cirri khas tersendiri kuliner pantai Natsepa. Orang Ambon bilang, jangan pernah mengaku sudah menginjak Natsepa jika belum merasakan lezatnya rujak Natsepa.